Belajar menambah jenis mangga dalam 1 pohon
Mangga adalah buah yang dikenal
paling luas sebagai buah konsumsi dengan penyebaran merata mulai dari
Sabang hingga Merauke. Berbeda dengan buah pisang yang penyebarannya
juga merata, nyaris semua varietas mangga yang dibudidayakan bisa
langsung dikonsumsi, sebagian saat buah masih mentah (manenda = mangga
panen muda) maupun saat buah mangga telah matang di pohon maupun buah
mangga hasil peraman, sementara sebagian varietas pisang bisa dikonsumsi
secara langsung (buah meja), namun sebagian buah pisang lainnya harus
diolah (buah olahan) terlebih dahulu agar bisa dikonsumsi.
Saat ini dikenal lebih dari dua ratus varietas mangga yang terdapat di seluruh di Indonesia, umumnya berasal dari species Mangifera indica dan Mangifera odorata. Varietas-varietas mangga tersebut sangat terkenal di daerahnya masing-masing, seperti mangga gedong dan gedong gincu di wilayah Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, mangga sengir dan dermayu di Indramayu, mangga “macan” di kota Makassar, mangga lalijiwo di kota Semarang dan sekitarnya, mangga manalagi dan madu anggur yang paling populer di hampir semua wilayah Jawa Timur, mangga podang di Kediri, serta masih banyak varietas lokal lainnya yang juga sangat popular di masing-masing daerah.
Kebutuhan mangga sebagai buah konsumsi yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, mendorong sebagian orang kemudian memperbanyak bibit dari pohon induk terpilih agar keberlangsungan varietas mangga tersebut dapat dijaga kelestariannya, di sisi lain juga bermanfaat untuk menyebarkan varietas mangga tertentu ke daerah lain yang sama sekali belum mengenal varietas tersebut. Berawal dari sinilah akhirnya bermunculan cara-cara perbanyakan bibit mangga, dimulai dengan cara mencangkok. Cara mencangkok ini tidak akan dibahas secara khusus dalam topik ini karena mencangkok dianggap cara yang kurang praktis karena dengan cara mencangkok tidak akan dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, selain itu postur bibit cangkok tidak seragam dan umumnya berukuran besar sehingga menyulitkan dalam transportasi pengiriman jarak jauh, apalagi jika pengiriman bibit dilakukan antar pulau dan maupun antar negara.
Apapun varietas mangganya, berikut ini adalah cara-cara yang umum dan biasanya dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman mangga, sekaligus sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas genetik pohon induk agar sifat-sifat baiknya tetap dapat diturunkan 100% identik dengan sifat baik yang dimiliki oleh keturunannya dalam bentuk bibit tanaman buah mangga. Sebagian cara perbanyakan tersebut sangat umum dilakukan di suatu daerah (misalnya cara sambung pucuk di Jawa Timur atau di Kalimantan Barat), sementara di daerah lain berbeda lagi cara perbanyakannya (misalnya cara okulasi sebagai cara perbanyakan bibit yang sangat populer di Jawa Barat dan Jawa Tengah). Beberapa orang (umumnya importir tanaman) membuat bibit tanaman buah mangga dengan cara sambung susu, di luar itu, teknik sambung sisip dan sambung samping juga bisa menjadi alternatif lain, dan dengan teknik perbanyakan tersebut akan dihasilkan bibit baru dengan kualitas genetik yang sama baiknya. Selain faktor kebiasaan, faktor penguasaan teknik penyambungan juga menjadi alasan utama dalam memperbanyak bibit tanaman mangga.
Saat ini dikenal lebih dari dua ratus varietas mangga yang terdapat di seluruh di Indonesia, umumnya berasal dari species Mangifera indica dan Mangifera odorata. Varietas-varietas mangga tersebut sangat terkenal di daerahnya masing-masing, seperti mangga gedong dan gedong gincu di wilayah Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, mangga sengir dan dermayu di Indramayu, mangga “macan” di kota Makassar, mangga lalijiwo di kota Semarang dan sekitarnya, mangga manalagi dan madu anggur yang paling populer di hampir semua wilayah Jawa Timur, mangga podang di Kediri, serta masih banyak varietas lokal lainnya yang juga sangat popular di masing-masing daerah.
Kebutuhan mangga sebagai buah konsumsi yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, mendorong sebagian orang kemudian memperbanyak bibit dari pohon induk terpilih agar keberlangsungan varietas mangga tersebut dapat dijaga kelestariannya, di sisi lain juga bermanfaat untuk menyebarkan varietas mangga tertentu ke daerah lain yang sama sekali belum mengenal varietas tersebut. Berawal dari sinilah akhirnya bermunculan cara-cara perbanyakan bibit mangga, dimulai dengan cara mencangkok. Cara mencangkok ini tidak akan dibahas secara khusus dalam topik ini karena mencangkok dianggap cara yang kurang praktis karena dengan cara mencangkok tidak akan dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, selain itu postur bibit cangkok tidak seragam dan umumnya berukuran besar sehingga menyulitkan dalam transportasi pengiriman jarak jauh, apalagi jika pengiriman bibit dilakukan antar pulau dan maupun antar negara.
Apapun varietas mangganya, berikut ini adalah cara-cara yang umum dan biasanya dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman mangga, sekaligus sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas genetik pohon induk agar sifat-sifat baiknya tetap dapat diturunkan 100% identik dengan sifat baik yang dimiliki oleh keturunannya dalam bentuk bibit tanaman buah mangga. Sebagian cara perbanyakan tersebut sangat umum dilakukan di suatu daerah (misalnya cara sambung pucuk di Jawa Timur atau di Kalimantan Barat), sementara di daerah lain berbeda lagi cara perbanyakannya (misalnya cara okulasi sebagai cara perbanyakan bibit yang sangat populer di Jawa Barat dan Jawa Tengah). Beberapa orang (umumnya importir tanaman) membuat bibit tanaman buah mangga dengan cara sambung susu, di luar itu, teknik sambung sisip dan sambung samping juga bisa menjadi alternatif lain, dan dengan teknik perbanyakan tersebut akan dihasilkan bibit baru dengan kualitas genetik yang sama baiknya. Selain faktor kebiasaan, faktor penguasaan teknik penyambungan juga menjadi alasan utama dalam memperbanyak bibit tanaman mangga.
OKULASI (Tempel Mata Tunas)
SAMBUNG SAMPING (Tempel Jaringan Kayu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar